PondokModern Darussalam Gontor meminta kepada seluruh walisantri tenang terkait ada 1 santri dinyatakan positif Covid-19. Selasa, 7 Juli 2020 01:36 WIB Penulis: Husein Sanusi Kompas TV nasional agama Kamis, 8 September 2022 1557 WIB Suasana pondok Gontor, kisah pondok ini bermula sejak abad ke-18 dari pondok Tegalsari Sumber Dikisahkan, ia sangat dekat dengan Kyainya dan Kyai pun sayang padanya. Maka setelah santri Sultan Jamaluddin dirasa telah memperoleh ilmu yang cukup, ia dinikahkan dengan putri Kyai dan diberi kepercayaan untuk mendirikan pesantren sendiri di desa Gontor. Adapun Desa Gontor sendiri adalah sebuah tempat yang terletak lebih kurang 3 km sebelah timur Tegalsari dan 11 km ke arah tenggara dari kota Ponorogo, Jawa Timur. Pada saat itu, Gontor masih merupakan kawasan hutan yang belum banyak didatangi orang. Bahkan hutan ini dikenal sebagai tempat persembunyian para perampok, penjahat, penyamun bahkan pemabuk. Dengan bekal awal 40 santri, Pondok Gontor yang didirikan oleh Kyai Sulaiman Jamaluddin ini terus berkembang dengan pesat, khususnya ketika dipimpin oleh putera beliau yang bernama Kyai Anom Besari. Ketika Kyai Anom Besari wafat, Pondok diteruskan oleh generasi ketiga dari pendiri Gontor Lama dengan pimpinan Kyai Santoso Anom Besari. Baca Juga MUI soal Santri Gontor Tewas Diduga Dianiaya Santri Senior Jati Diri Pondok Patuh Pada Hukum Setelah perjalanan panjang tersebut, tibalah masa bagi generasi keempat. Tiga dari tujuh putra-putri Kyai Santoso Anom Besari menuntut ilmu ke berbagai lembaga pendidikan dan pesantren, dan kemudian kembali ke Gontor untuk meningkatkan mutu pendidikan di Pondok Gontor. Mereka adalah, KH. Ahmad Sahal 1901-1977. KH. Zainuddin Fanani 1908-1967, KH. Imam Zarkasyi 1910-1985. Mereka memperbaharui sistem pendidikan di Gontor dan mendirikan Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 20 September 1926 bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1345, dalam peringatan Maulid Nabi. Pada saat itu, jenjang pendidikan dasar dimulai dengan nama Tarbiyatul Athfal. Kemudian, pada 19 Desember 1936 yang bertepatan dengan 5 Syawwal 1355, didirikanlah Kulliyatu-l-Muallimin al-Islamiyah, yang program pendidikannya diselenggarakan selama enam tahun, setingkat dengan jenjang pendidikan menengah. Dalam perjalanannya, sebuah perguruan tinggi bernama Perguruan Tinggi Darussalam PTD didirikan pada 17 November 1963 yang bertepatan dengan 1 Rajab 1383. Nama PTD ini kemudian berganti menjadi Institut Pendidikan Darussalam IPD, yang selanjutnya berganti menjadi Institut Studi Islam Darussalam ISID hingga kini memiliki pelbagai jurusan keilmuwan dan jadi salah satu kampus digemari terkait studi islam. Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo saat ini dipimpin oleh, KH. Hasan Abdullah Sahal Prof. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, Drs. M. Akrim Mariyat, Kini, cabang Gontor tersebar di pelbagai wilayah di Indonesia. Tercatat, ada 12 cabang Ponpes Gontor Putra dan juga ada 8 Pondok Gontor khusus untuk santriwati atan Ponpes Gontor putri. Halaman Sumber Kompas TV BERITA LAINNYA
Kepulangansantri Pondok Modern Darussalam Gontor asal kota Solo di tengah wabah pandemi Covid-19 itu dalam rangka liburan akhir tahun menjelang bulan Ramadan. Pada perpulangan saat ini merupakan
Santriwati yang kini bertugas di Kemlu RI di KJRI Istanbul menulis kisah nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo PMDG, tentang kemandirian dan bekal ketangguhan hidup CERITA di Gontor Putri tidak akan pernah habis bagi masing-masing santriwatinya. Kisah ini adalah salah satu contoh bagaimana Pak Kyai dapat memotivasi muridnya dengan pengalamannya yang kemudian diterjemahkan menjadi doa untuk kami seluruh santri. Kisah ini diawali bunyi jaros lonceng yang kencang sore itu, tanda seluruh santriwati sudah harus bergegas ke Masjid Darussalam, Gontor Putri untuk menunaikan sholat Maghrib. Aku ingat bergegas berangkat dari Rayon Pakistan, tempat tinggal saat menginjak Kelas IV setara kelas I Madrasah Aliyah, mungkin sekitar tahun 1997. Suasana damai sekali, qira’ah quran yang terdengar dari pengeras suara masjid menambah kesyahduan “Kampung Damai” Darusalam duduk rapi bersiap membaca al-Quran, tidak terlalu lama kemudian diumumkan akan ada taujihat dari Pengasuh Pondok Modern Gontor Putri, KH. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA. Santriwati di masjid saling berbisik, apa yang kira-kira terjadi sehingga beliau hadir di masjid? Sosok beliau yang sangat kharismatik kedian berdiri di depan mimbar, beliau ternyata ingin berbagi cerita perjalanan umroh bersama keluarga yang dilanjutkan dengan ziarah ke Istana Al Hamra di Granada, Andalusia, Spanyol dan Istanbul Turki. Indahnya dekorasi istana Al Hamra dan sekitarannya, dikisahkan seolah-olah kami para santriwati ikut dibawa ke sana. Aku teringat yang beliau sampaikan kira-kira begini di akhir cerita Al Hamra. Katanya, terbersit rasa sedih melihat Istana Al Hamra yang indah, simbol kejayaan Muslim Andalusia kemudian harus diganti menjadi simbol kekalahan Muslim ketika Sultan terrakhir Andalusia Muhammad XII menyerah pada kekuasaan Kristen di Spanyol. Tidak hanya itu, kisah berakhimya kejayaan Al Hamra juga diikuti kisah sedih dan kelam yang dialami umat Muslim di sana. “Namun rasa sedih itu kemudian dapat diobati ketik perjalanan kami lanjutkan mengunjungi Hagia Sofía Ayasofya, di Istanbul, Turki, sebuah banguna yang pernah menjadi masjid ketika Sultan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel, kemudian menjadi pusat keilmuan untuk Muslim yang manfaatnya dirasakan seluruh dunia saat ini,” demikian kata beliau. Kami para santri, hening mendengar dan ikut terbawa suasana hati beliau. “Kami berdoa semoga anak-anak kami kelak dapat mengunjungi tempat-tempat bersejarah bagi umat Msim di situ,” tutupnya dan santriwatipun serentak menjawab “Amiiiiiin….” Tidak tesa, mata mengalir di pipi sambil berdoa lirih. “Ya Allah, kabulkan ya Allah, hamba ingin mengunjungi tempat-tenmpat itu.” Pada malam tanggal 18 Juli 2020, 23 tahun sejak kisah indah di Masjid Darussalam itu, aku duduk tepat menatap Hagia Sophia dari dekat. Sebelumnya pada 10 Juli 2020, Pemerintah Turki mengumumkan Hagia Sophia akan dikembalikan fungsinya dan izzah-nya sebagai masjid sesuai Waqaf Sultan Muhammad Al-Fatih setelah 86 tahun berfungsi sebagai museum. Penduduk Muslim berbagai bangsa yang berada di Istanbul saat ini akan menyambut shalat Jumat pertama di “MasjidHagia Sophia” pada tanggal 24 Juli 2020. Subhanallah, betapa tidak ada yang mustahil kalau Allah sudah berkehendak. Teringat dengan jelas betapa doa di Masjid Darusaalam itu menjadi motivasi untuk memantaskan diri dapat menggapai ridho-Nya sampai ke tempat ini dengan cara yang baik. Adzan Isya’ kemudian bersahutan, bergantian kumandangnya dari Hagia Sophia dan Masjid Sultan Ahmed Blue Mosque yang letaknya berhadapan. Hening lagi terhimpit haru, lirih bergumam, “..Ustadz….doa Ustadz dan doa kami Allah kabulkan, Alhamdulillah. Terima kasih Ustadz..” Seketika rindu guru-guru, rindu semua sahabat, rindu Kampung Damai. Cerita tidaklah selesai sampai di Masjid Darussalam sore itu. Doa dan cerita Pak Kyai, Bapak Pengasuh menjadi motivasi untuk menempuh perjalanan 23 tahun dari “Masjid Darussalam sore itu” hingga ke “Masjid Hagia Sophia malam ini Pendidikan di Pondok Gontor memang Pendidikan kelas dunia, sebuah pendidikan kemasyarakatan bukan lembaga kemasyarakatan. Keikhlasan dan kesungguhan guru-gurunya mendidik santri dapat menularkan semangat kesungguhan bagi santri untuk belajar. Semua kegiatan di pondok bermafaskan pendidikan, membius santri dalam miliu militansi perjuangan. Jika membayangkan seluruh kegiatan dan soal-soal ujian di Pondok Gontor saat itu pada masa sekarang, rasa-rasanya mustahil dapat lulus. Herannya, seluruh santri mampu dan kuat melewatinya. Kami digembleng untuk tidak hanya bertanggung jawab atas pendidikan diri sendiri tetapi juga digembleng untuk bertanggungjawab atas kemaslahatan bersama. Gemblengan berbuat untuk kemaslahatan bersama itu dimulai saat santri kelas IV yang dinilai sudah mulai dewasa, mesti bertanggung jawab mengurus perpulangan bersama anggota konsulat hingga ke daerah asal masing-masing denga selamat. Saat itu naik pesawat belum jamak. Sehingga bus atau kapal laut menjadi sarana transpot perpulangan akhir tahun ajaran, temasuk untuk Konsulat DKI Jakarta. Dibantu musyrifah pembimbing, santri kelas IV juga ikut mempersiapkan segala keperluan perpulangan, mulai dari pemesanan bus, konsumsi, surat-surat jalan santri hingga obat-obatan selama perjalanan perpulangan yang ditunggu akhirnya datang. Dengan penuh rasa syukur dan bangga, menyambut Ramadhan para santri dilepas pulang ke rumah masing-masing oleh Pengasu PM Gontor Putri, KH. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA dan Direktur KMI, Alm KH Sutadij Tajuddin, MA, Konsulat Jakarta berangkat dengan 4 armada bus, melewati jalur Pantura dan tujuan akhir pemberhentian di Masjid Istiqlal. Perjalanan ternyata tidak semudah yang direncanakan, 1 bus ternyata mogok dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Konsekuensinya, seluruh santri di bus mogok harus pindah disebar ke 3 bis yang tersisa. Berdesak-desakan dan sedikit tidak nyaman memang, tetapi keinginan bisa segera sampai Jakarta dan bertemu orang tua mengalahkan semua rasa tidak nyaman itu. Alhamdulillah, 3 bis rombongan konsulat yang tersisa akhirnya bisa sampai Jakarta dengan selamat. Perjalanan pulang yang ditempuh 23 tahun yang lalu itu pun atas kehendak Allah terefleksikan kembali pada masa-masa pandemi di Istanbul ini. Memegang amanah sebagai pelaksana fungsi Kekonsuleran di KJRI Istanbul, harus selalu siap terlibat dengan masalah-masalah perlindurngan WNI termasuk bertanggung jawab untuk program repatriasi perpulangan WNI kembali ke tanah air. Tugas ini kerap membawa kembali ingatan bagaimana seluruh urusan kesiapan perpulangan santri dapat diselesaikan dengan baik karena kesungguhan dan kerja sama tim konsulat yang kompak. Masalah mesti ada, tetapi semua dihadapi dengan ceria. Maka, ketika masa harus mengurus perpulangan WNI tiba dan deal yang harus dijalani sekarang adalah dengan maskapai penerbangan, imigrasi dan institusi polisi negara lain, beban itu tidak dirasa terlalu berat karena ada “bekal pengajaran'” di Pondok dan kerja sama tim yang luar biasa. Suka duka “perjalanan perpulangan” menguatkan diri untuk optimis menghadapi seluruh tantangan dalam mengurus perpulangan WNI ke tanah air. Pondok mengajarkan fokus, detail dan kerja hingga tuntas tanpa imbalan apalagi minta hormat. Idealisme yang diajarkan di Pondok adalah idealisme tertinggi, “bekerja, berbuat Lillaahi ta ala“. Lillahi ta ala itu juga yang mengantarkan bertugas total dan semangat melalui semua hambatan demi repatriasi WNI dapat selamat tiba di tanah air. Melalui masa pandemi di negeri orang dan di saat yang bersamaan memegang amanah sebagai abdi masyarakat, istri dan ibu memang tidak mudah. Dealing dengan orang sakit dan tetap harus menjaga keselamatan diri sendiri, tim kerja dan keluarga memerlukan strategi. Jika terasa lelah dan tiba-tiba stuck, maka obat mujarab adalah ingat kembali bagaimana kita para alumni mendapatkan pendidikan dan pembekalan dari poncdok untuk menjadi perempuan yang sittilkul. Kekuatan kembali datang kalau ingat pengalaman di kelas 1, Rayon Santiniketan, sekitar tahun 1995 dulu pernah tertular sakit kulit di kaki, hingga infeksi dan demam. Mustahil untuk mengerjakan semuanya sendirian tanpa bantuan sahabat karena walaupun sakit harus bisa mengikuti jadwal ujian akhir tahun saat itu. Tanpa rasa jijik dan takut tertular, ada sahabat, kakak kelas dan guru yang setia membasuh kaki dan membalurnya dengan obat, ada yang setia bergiliran mengambilkan makanan dari Kopda, ada yang setia menemani belajar dan meminjamkan catatan dan ada juga yang setia mengantarkan ke Balai Kesehatan Santri BKSM untuk mengikuti ujian tulis di sana. Pengalaman diurus ketika sakit di pondok menjadikan diri ini rasanya malu kalau tidak bisa ikhlas dan sungguh-sungguh membantu orang yang sakit dan memerlukan uluran tangan. Ada pengalaman lucu yang tidak akan pernah terlupakan ketika sakit itu. Demam menggigil menyerang di saat teman-teman sudah berangkat ke masjid untuk menunaikan sholat Maghrib. Beruntung kakak pengurus rayon memperbolehkan istirahat di rayon dan sholat di kamar. Pusing, sakit panas, kangen rumah, sakit gatal di kaki plus lapar sukses membuat sakit terasa lebih berat dan menangis sendirian. Ketika mencoba memejamkan mata, tiba-tiba ada yang meraba dahi dan berbisik bicara dengan dua temannya yang lain, katanya dengan bahasa Arab yang kira-kira artinya ini “Badannya Ibeth panas, punya obat gak?” lalu temannya menjawab, “Kita kan lagi kabur gak sholat di masjid kok malah mau ngobatin orang?”. Kubuka mata dan tidak terlalu lama keputusan mereka yang akan kabur sholat dari masjid dibatalkan, satu perwakilan dari tiga orang ini pergi ke masjid dan meminta izin kakak pengurus Rayon untuk mengurus aku yang sakit. Tiga orang ini memang terkenal sebagai insan sirriroh saat itu. Dua orang pergi mengambil daun yang akrab kami panggil “daun cocor bebek”, daun ini ampuh menurunkan panas. Daun itu kemudian mereka geprek dengan batu dan mereka tempelkan ke dahiku. Mereka kemudian mengambilkan makan dan memanggil Ustadzah musyrifah Rayon Santiniketan, Usth. Ema dari Gresik, melihat luka di kakiku, membasuh air dan kemudian mengambil obat untuk dibalurkan di kaki. Tak lama mobil pondok dating menjemputku dan membawa ke rumah sakit. Jika ingat semua pengalaman ini, tidak terperikan rasa syukur kupanjatkan kepada Allah SWT karena pernah mengenyam pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor. Kepedulian dan ukhuwah yang ditanamkan sejak aku kecil itu terpatri kuat di dalam diri dan kubawa dalam setiap perantauanku di bumi Allah. Pondok Modern Gontor memberiku pembekalan dan itu sudah lengkap dibungkus dalam Panca Jiwa Pondok, Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah dan Kebebasan. Bagi para santri, “bekal Gontor itu dulu mungkin tidak terlihat, tetapi tanda disadari bekal itu dijiwai, diresapi oleh tiap insan di Kampung Damai. Teladan dari Pak Kyai dan para guru membuat bekal-bekal itu menjadi satu paket lengkap. Elizabeth Diana Dewi Foto Istimewa Teringat kala itu, tahun 2000, bersama teman-teman yang akan berangkat belajar ke Universitas Islam Antara Bangsa, Malaysia UIAM, kami berpamitan memohon doa restu dari Direktur KMI saat itu, Alm KH Sutadji Tajuddin, MA. Pesan beliau sederhana, “kerjakan semua dengan sungguh-sungguh belajar sungguh-sungguh dan jangan bosan jadi orang baik.” Beliau melepas kami dengan doa. Perjalanan merantau ke negeri orang untuk pertama kali dimulai. Uang saku pas-pasan membuat kami mau tidak mau harus mencari pekerjaan ekstra di luar jam studi. Rezekinya waktu itu bekerja part time di sebuah cafe di Kampus UIAM. Pengalaman pernah merasakan menjadi pengurus dapur di pondok, membuat pekerjaan di cafe terasa ringan saja. Menjadi pengurus dapur namun tetap tidak boleh satu kalipun meninggalkan kelas, juga menjadi pemecut semangat untuk giat bekeja dan belajar agar bisa selesai studi pada waktunya di UIAM. Pendidikan dan semua kepernahan di Pondok Modern Darussalam Gontor telah membentuk para alumninya untuk dapat survive, dan bahkan berperan, memberikan sumbangsih bagi sekitarnya dari berbagai aspek. Namun, semua tetap saja akan kembali pada “sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu.” Cita-cita dan doa tetap harus dibangun dengan kerja keras. Kerja keras berjuang pun juga memerlukan ridho dan doa orang tua, para guru kita. Maka, ketika berpamitan kepada Ustad Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA, sebelum kami bertugas ke Istanbul, beliau berpesan, “..wattaqullaaha wa yuallimukumullaahu….” Di akhir percakapan kami, beliau bacakan doa dan menutup dengan Al-Fatihah. Semoga Allah swt karuniakan rahmatNya, perlindunganNya untuk Pondok Modern Gontor, kepad aguru-guru kami, orang tua kami dan semua penduduk “Kampung Damai”, amin.*/Dikisahkan Elizabeth Diana Dewi, MIR, santriwati lulusan 1999, kini bertugas di Kemlu RI di KJRI Istanbul
Belumpernah diterima menjadi santri KMI Gontor. Adapun syarat-syarat pendaftaran dan rincian biaya bisa dibaca melalui link web resmi Ponpes Gontor berikut : a. Perihal Ijazah SD-SMP Ini peraturan baru, beberapa tahun ke belakang masih diperbolehkan mendaftar dengan surat keterangan lulus dari sekolah.
halo para netzen yang budiman apakah kamu penasaran dan ingin tahu tentang gimana sih kondisi dari kamar pondok pesantren putri? simak ulasannya Kamar Pondok Pesantren Gontor PutriPesantren ini populer dengan aplikasi patuh kemampuan bahasa asing Arab serta Inggris kaderisasi serta jaringan alumni yang amat kokoh. Sarana pesantren Gontor bagi kita Modern Darussalam Gontor Ponorogo PMDG ataupun lebih diketahui dengan Pondok Modern Gontor merupakan salah satu pondok pesantren yang terdapat di Kabupaten Ponorogo Jawa penasaran dengan atmosfer Kamar Pondok Pesantren Gontor?Bila iya, hingga Kamu amat pas mendatangi postingan kita ini. Di postingan ini kita hendak sedikit membahas hal profil pendek serta atmosfer kamar yang hendak santri rasakan sepanjang jadi santri di salah satu pondok yang berumur berumur Pendek GontorSiapa yang tidak tahu dengan Pesantren Gontor? Dapat ditentukan nyaris seluruh orang di Indonesia, spesialnya kalangan berpendidikan mengenali pesantren yang satu ini. Pendidikannya yang modern, penataran bahasa asing yang mengakar, serta pembelajaran ketertiban yang jelas ialah image dari pesantren yang sesaat lagi hendak merambah umurnya yang ke 95 asal usul pendidikannya, tidak terbatas telah berapa banyak pelayanan yang diserahkan Gontor untuk Nusantara. Belum lagi dengan banyaknya alumni yang jadi tokoh- tokoh berarti alumni gontor yang jadi figur Negeri merupakan Alm KH Hasyim Muzadi mantan Pimpinan NU, Profesor Dokter Din Syamsuddin mantan Pimpinan MUI serta Muhammadiyah, Dokter KH Hidayat Nur Satu mantan Pimpinan MPR, serta sedang banyak lagi figur nasional alumin Gontor yang tidak dapat kita sebutkan reputasinya yang telah populer di seantero negara, tidak bingung banyak orang berumur yang terpikat buat memasukkan buah hatinya ke Pesantren Gontor. Apalagi saat ini jumlah totalitas santrinya sudah menggapai dekat nilai 30. 000. Yang mana para santri itu tinggal di pondok pusat serta bermacam pondok agen yang terhambur di bermacam Kamu hendak berpikir selaku pesantren yang sudah diakui selaku pesantren modern terbaik di Indonesia, tentu Gontor hendak memanjakan tiap santrinya dengan bermacam sarana. Kamu bisa jadi memikirkan suatu pesantren yang asramanya elegan, terdapat Toilet didalam, terpasang Ac, ranjang tingkatan, serta bermacam keglamoran yang lain. Apakah anggapan Kamu itu betul?Nah buat menanggapi pertanyan itu, kita hendak sedikit membahas hal sarana serta atmosfer kamar Pondok Pesantren Gontor. Selanjutnya keterangannya!Kamar SantriDalam penjatahan kamarnya, Pesantren Gontor mempraktikkan system penjatahan kamar bersumber pada angkatannya. Dalam sebutan Gontor penjatahan itu dengan Rayon. Buat santri terkini esoknya hendak merambah Rayon Sigor Terkini, kategori 2 serta kategori 3 menaiki Rayon Sigor. Setelah itu kategori 4 serta kategori 3 intensif hendak menaiki Rayon Melambaikan. Ada pula kategori 5 serta 6 hendak menaiki kamar cocok jabatannya dalam aspek kepengurusan rayon esoknya mempunyai sebagian kamar, yang mana tiap kamar ditempati dekat 20 santri. Hal dimensi kamarnya tidak sangat besar serta tidak sangat kecil. Setelah itu sarana yang terdapat di dalam kamar juga dapat dikatakan ala kadarnya, apalagi amat jauh berlainan dari kamar yang terdapat di pesantren modern pada kasurnya, santri cuma memakai tipe kasur semacam Kasur Palembang yang dapat dibilang lumayan pipih. Tidak terdapat ranjang bersusun semacam pesantren modern mayoritas. Karenanya dikala dalam posisi tidur di malam hari, santri semacam terletak di dalam kamp pengungsian korban musibah alam. Tidak terdapat kipas angin, kamar mandi dalam ruangan, AC, ataupun sarana elegan yang lain. Sangat tidak tiap santri cuma memperoleh sarana lemari yang tidak sangat kamar mandinya, bagian ini terdapat di bagian balik tiap rayonnya. Wujud kamar mandinya berbanjar semacam kamar mandi yang terdapat di langgar serta SPBU. Tidak terdapat sarana elegan semacam shower, kolam tidur, air hangat, dan lain- lain. Seluruhnya amat simpel. Apalagi sering- kali sebagian kamar mandinya didesain dengan memakai satu kolam buat seluruh kamar itu di dekat kamar mandi, ada ruangan buat membersihkan serta tempat menjemur busana. Umumnya para santri hendak membersihkan bajunya dengan cara berjamaah pada hari Jumat. Perihal ini disebabkan hari Jum’ at ialah hari independensi untuk para santri. Ada pula untuk santri yang berat kaki membersihkan, hingga dapat memakai pelayanan laundry yang dikoordinir oleh KamarSebab agendanya yang amat padat berkerumun semacam kemacetan di Jakarta, hingga kamar santri umumnya lebih kerap kosong dari di isi penghuninya. Para santri lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kamar. Bagus itu di dalam kategori, langgar, alun- alun, sanggar music, serta tempat penataran yang lain buat melaksanakan cara dibilang amat sedikit sekali durasi senggang untuk para santri, sebab itu umumnya para santri hendak menggunakan benar durasi senggang yang terdapat selaku durasi buat beralih ke alam mimpi. Walaupun cuacanya amat panas serta tidak terdapat kipas angin ataupun AC di dalamnya, para santri hendak tertidur dengan nyenyak. Perihal ini pasti sebab lelahnya mereka dalam peperangan menelaah serta Minum SantriBuat Mengenai desakan santapan untuk para santri, Gontor mempunyai metode yang amat apik dalam penjatahannya. Tiap durasi makan para santri hendak terkumpul di ruang makan. Mereka diharuskan buat bawa perabotan makan tiap- tiap. Setelah itu mereka hendak mengantre semacam antrean bansos buat memperoleh yang diserahkan hendak ditakar oleh aparat bagian dapur. Umumnya aparat dapur merupakan para santri tua yang telah diberi tepercaya itu tadinya. Bila belum kenyang, hingga santri tidak bisa menaikkan balik. Bila santri sedang lapar, hingga santri dapat membeli santapan yang ada di kedai pula buat permasalahan air minumnya, pengasuh sediakan satu buah galon yang ditaruh di tiap- tiap kamar. Esoknya dari tiap kamar hendak ditunjuk agenda jaga setiap hari buat memuat balik galon yang habis. Pengisiannya dicoba di gardu galon yang telah diadakan terpikat memasukkan anak kamu ke kamar pesantren pondok putri?
Menjadi santri atau santriwati di Pondok Modern Darussalam Gontor Mlarak - Ponorogo atau Pondok Gontor Putri 2 di Sambirejo Mantingan, Ngawi adalah sebuah pilihan untuk menjadi lebih baik seperti tujuan pendiri Pondok Gontor. Dengan jadwal ketat dan banyaknya aturan menjadikan santri atau santriwati menuai hasil seperti yang diharapkan.
Di sebuah desa di Ponorogo Jawa Timur, berdiri Pondok Modern Gontor, salah satu pesantren modern terbesar di Indonesia. Didirikan pada 20 September 1926 silam, Gontor kini memiliki 21 kampus yang tersebar dari Sumatera, Jawa, hingga Pondok Modern Gontor tidak bisa dilepaskan oleh sosok yang kerap disebut trimurti, yaitu Ahmad Sahal, Zainudin Fananie, Imam Zarkasyi. Ketiga kakak beradik itu adalah pencetus berdirinya Pondok Gontor yang modern. Sebelumnya, Gontor adalah pesantren tradisional. Nama Gontor sendiri merujuk pada sebuat tempat yang menjadi sarang penyamun dan penjahat. Namun, setelah ketiganya kembali belajar dari institusi modern di berbagai daerah, maka didirikanlah Pondok Gontor yang modern. Lalu, apa yang menjadi ciri dari Pondok Gontor ketika menyandang nama modern?Menurut pengasuh Pondok, Kiai Hasan Abdullah Sahal yang merupakan putra dari Ahmad Sahal, Gontor menganut pola keterbukaan."Keterbukaan itu ada di dalam ayat Al quran. Wahai orang-orang yang beriman telah dikatakan kepada kamu, lapangkanlah tempat dudukmu. Orang yang tidak mau melapangkan, itu orang yang tidak berkemanusiaan. Setiap masa ada tokohnya, ada masalahnya, dan ada perkembangannya," ucap Hasan dalam pidatonya yang dihadiri kumparan Kamis 12/4.Kuliah kepondok modernan dari pimpinan Gontor Foto Nesia Qurotta Ayuni/kumparanSenada dengan Kiai Hasan, Ahmad Suharto, wakil pengasuh santri di Pondok Gontor Putri 1 di Ngawi, para santri di Gontor diajarkan untuk bisa lebih terbuka dengan banyak hal. "Barangkali anak Gontor lebih terbuka lebih bisa autodidak dan mengembangkan dan lebih berani mengkaji kitab yang belum pernah dipelajari. Sementara dari pondok-pondok lainnya mereka merasa kurang etis mengkaji kitab tanpa guru," kata Suharto kepada kumparan saat ditemui di rumahnya 15/4. Di Gontor, para pengasuh juga menekankan orientasi kemasyarakatan, tidak hanya pada keilmuan. Oleh karena itu, para santri Gontor akan dibentuk karakter dan mentalitas mereka supaya bisa berjuang di masyarakat. Aspek keteladanan adalah hal yang diutamakan para pengasuh untuk membentuk karakter dan mentalitas tersebut."Maka mentalitas di Gontor itu yang diutamakan adalah keteladanan maka kami semua di sini hidup bersama santri. Kiai Gontor adalah kiai santri yang waktunya 24 jam untuk santri, mereka tidak boleh terlalu sering keluar pondok," sebut Suharto. Selama 92 tahun berdiri sebagai pondok modern, jumlah santri di Gontor hampir tak terhitung banyaknya. Mereka datang dari Sabang hingga Merauke, bahkan ada yang datang dari luar santri yang belajar di Gontor tentunya membuat Pondok ini diwarnai dengan keberagaman. Meski begitu, perbedaan itu tidak membuat para santri terpecah, para pengasuh mengatur sedemikian rupa agar mereka bisa berbaur satu sama lain."Di sini dalam mengatur apa saja tidak membedakan suku. Di dalam satu kamar, tidak boleh satu daerah. Dalam permainan sepak bola, satu tim tidak boleh satu daerah. Di dalam bermain musik, drum band, sampai pencak silat dan kegiatan apa pun tidak ada sukuisme. Di sini tidak ada bahasa daerah, adanya bahasa Indonesia," terang Kiai Hasan. Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Foto Satrio/kumparanSemua santri Gontor setiap enam bulannya akan digilir bergantian kamar. Mereka akan ditempatkan bersama kawan dari daerah lain yang suku, latar belakang ekonomi keluarga di Gontor juga beragam. Oleh karena itu, untuk menyiasatinya, Pondok membatasi jumlah baju yang dibawa, menyamakan menu makanan, dan juga menerapkan sistem menabung, ATM tidak diperkenankan di Gontor."Tidak membedakan anak jenderal dengan anak prajurit, anak majikan dengan anak karyawan. Antara yang bertitel dengan anak yang awam. Anak-anak kita samakan. Yang kaya dan yang miskin, bayar sama bayar sama, tidak ada yang sombong tidak ada yang minder. Inilah Pancasila ada di sini, yang ndak ada apanya di sini, inilah Pancasila. UUD 1945 ada di sini, Bhineka Tunggal Ika ada di sini," lanjut Kiai Hasan. Jauh dari rumah tentu membuat santri Gontor rindu dengan orang tuanya. Namun, hal itu disiasati Pondok dengan membuat metode pembelajaran yang menyibukkan santri. Saat santri sibuk, mereka tidak akan mudah merindukan rumah dan orang tua mereka."Melalui kegiatan yang padat dan banyak sehingga anak-anak tidak punya waktu kosong. Oleh karena itu, terbentuk kepribadian para santri yang aktif kreatif, dan juga produktif," tutur Suharto. Aktivitas sore para santri Gontor Foto Satrio Rifqi Firmansyah/kumparanSelama bertahun-tahun hidup di Pondok dengan disiplin kegiatan yang padat, disiplin waktu yang padat, aktivitas yang banyak yang terbimbing dan terarah, menurut Suharto membuat santri akan menjadi pribadi yang unggul. "Mereka akan menjadi pribadi-pribadi yang cekatan, terampil, yang all around, punya banyak kreativitas, itu yang diharapkan. Sehingga anak-anak Gontor nanti diharapkan menjadi pemikir dan penggerak," sebut dengan aktivitas yang padat, santri Gontor juga dituntut berbicara dalam tatanan setiap hari dengan Bahasa Arab dan Inggris. Setiap 3 pekan di satu bulannya, mereka harus berbicara dengan Bahasa Arab, sedangkan sisanya mereka harus menggunakan Bahasa Inggris. Jika tidak menggunakan bahasa yang sudah ditentukan, maka konsekuensi telah menanti para santri. Sanksi akan diberikan sesuai jenis pelanggaran yang dilakukan, apakah berat atau ringan. Untuk menunjang lancarnya proses pembelajaran, santri di Gontor juga tidak diperkenankan membawa ponsel. Mereka bisa menelepon dengan pergi ke wartel yang disediakan Pondok. Salah seorang santri Gontor, Din Rusyda 24, mengungkap dia sempat berat meninggalkan orang tuanya. Namun, lama kelamaan dia menikmati hidup menjadi santri di Gontor. Kini, perempuan yang akrab disapa Din itu sudah 12 tahun 'mondok' di Gontor. "Dulu awalnya berat meninggalkan orang tua, karena saya agak manja. Tapi setelah orang tua meyakinkan, akhirnya saya memutuskan mondok di Gontor. Setelah bertahun-tahun saya menikmati pendidikan di sini," papar Din saat berbincang dengan kumparan di sebuah masjid di Rusyda, Siswi Pondok Modern Gontor Foto Nesia Qurrota A'yuni/kumparanTentang cita-cita GontorSebagai Pondok, Gontor juga punya cita-cita. Selama ini banyak bergema di masyarakat soal cita-cita berdirinya Gontor. Namun, ternyata ide cita-cita itu bukanlah tercetus dari orang Gontor." Gontor itu tercetus bukan oleh orang Gontor sendiri. Tapi justru oleh kunjungan salah satu seorang Masaikh, tokoh-tokoh Al Azhar yang datang berkunjung ke Gontor," cerita melihat Gontor dan dinamikanya, para masaikh itu menyimpulkan Gontor adalah miniatur Al Azhar. Gontor mempunyai program-program pendidikan yang baik sehingga mereka mendambakan betapa indahnya kalau di Indonesia ada Gontor. "Jadi itu merupakan harapan dan doa serta support bagi orang-orang Gontor. Dan itu sekaligus legitimasi pengakuan, setelah mereka melihat anak-anak Gontor yang melanjutkan studi ke Mesir bagus sekaligus ke masyarakat juga baik, akhirnya mereka mempunyai harapan seperti itu. Ditangkaplah kata-kata itu oleh Gontor, jadikan Gontor," lanjut Ahmad Suharto, Pengasuh Pondok Gontor. Foto Nesia Qurrota Ayuni/kumparanMengenai 1000 Gontor, hal itu secara fleksibel sudah hampir terealisasi. Para alumni Gontor tersebar di mana-mana dan mereka mendirikan pesantren. Sebagai contoh, saat silaturahim nasional forum alumni pesantren Gontor sudah terdata ada 330 pesantren alumni. Belum lagi pesantren cucu yang ada di bawahnya. "Darunnajah itu pondok pesantren alumni kemudian memiliki filial-filial, itu ada 12 atau 14. Kemudian alumni Darunnajah mendirikan pesantren-pesantren seperti Gontor yang jumlagnya ada puluhan. Itu belum kita data jumlahnya. Itu bisa dikatakan Gontor tidak mesti tapi banyak Gontor di mana-mana," jelas Suharto. UNIDA Gontor Foto Satrio Rifqi Firmansyah/kumparanMeski begitu, cabang Gontor yang ada saat ini masih terbatas. Pondok Gontor tengah memoratorium pendirian cabang. Mereka kini fokus untuk pengembangan universitas. "Gemuk ke samping kan tidak sehat," pungkas Suharto
Senadadengan Kiai Hasan, Ahmad Suharto, wakil pengasuh santri di Pondok Gontor Putri 1 di Ngawi, para santri di Gontor diajarkan untuk bisa lebih terbuka dengan banyak hal. Di dalam satu kamar, tidak boleh satu daerah. Dalam permainan sepak bola, satu tim tidak boleh satu daerah. Di dalam bermain musik, drum band, sampai pencak silat dan

Para santriwati di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ngawi, Jawa Timur Dio Ngawi - Menjadi tempat tinggal dari banyak orang, pondok pesantren menjadi salah satu tempat di mana penyakit mudah untuk menular. Maka dari itu, ada cara bagi pengelola Pondok Modern Darussalam Gontor Putri di Ngawi, Jawa Timur untuk mencegah masalah kesehatan terjadi. Direktur Ponpes Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 1 Ustad Dr. KH Fairuz Subakir Ahmad mereka memiliki organisasi pelajar dengan bagian kesehatan yang kerap berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Ngawi. "Bagian kesehatan bertanggung jawab kepada seluruh santri, sampai tingkat kamar dan kamar mandi, jemuran, semuanya dan selalu kerja sama dengan Dinas Kesehatan," kata Fairuz di Ngawi, Jawa Timur, ditulis Rabu 27/11/2019. Ditemui pada Kamis pekan lalu, Fairuz mengatakan bahwa pihak pesantren bekerja sama dengan puskesmas juga sering memberikan edukasi kepada para santriwati terkait Juga Video Menarik Berikut IniSebuah foto beberapa wanita bercadar dengan berpose dua jari menjadi perbincangan di media Dilanda TuberkulosisPonpes Modern Darussalam Gontor Putri, Ngawi, Jawa Timur Dio PrasastiFairuz mengatakan, ada beberapa masalah kesehatan yang sempat dialami para santriwati di pondok pesantren tersebut. Dua yang paling parah adalah hepatitis dan tuberkulosis. "Dulu hepatitis tapi cepat ditangani kemudian semua santri kita skrining dan libur total. Yang terjangkit, alhamdulillah bisa kita tangani," kata Fairuz. Dia mengatakan pada 2018 sempat ada seorang santriwati yang terkena tuberkulosis. Di 2019, seorang mahasiswi juga mengalami masalah tersebut. Namun, keduanya merupakan bawaan dari rumah dan berhasil diobati hingga selesai. Selain itu, mereka juga sempat meliburkan para santri dari kegiatan belajar mengajar untuk melokalisasi penyakit dan mencegah penularan. "Salah satu syarat masuk ke Gontor memang kami tidak mengizinkan santri yang mempunyai potensi sakit menular."Kader dan Balai KesehatanBalai Kesehatan Santri Masyarakat di Ponpes Modern Darussalam Gontor Putri, Ngawi, Jawa Timur Dio PrasastiTerkait fasilitas kesehatan, pesantren juga memiliki Balai Kesehatan Santri Masyarakat BKSM. Di sana ada 15 kamar rawat inap, satu ruang isolasi, dengan dua dokter dan satu dokter gigi. "Insya Allah kalau kami tidak mampu selalu bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dan puskesmas. Insya Allah ke depan kami akan memberikan klinik pratama dan mudah-mudahan didukung oleh pak menteri Menteri Kesehatan Terawan," kata Fairuz. Salah satu kader TB di BKSM Farah Afifah, mengatakan bahwa mereka membantu menjaga kesehatan santriwati yang ada di ponpes tersebut. "Kalau mereka sedang sakit, kami yang terjun pertama kali," kata Farah. Selain itu, kader kesehatan dari BKSM juga melakukan penyuluhan bagi para santri. Baik soal penyakit kulit, flu dan batuk, hingga soal nutrisi. Salah satu penyakit yang paling ditakutkan adalah tuberkulosis atau sering disingkat TB atau TBC. Untuk itu, Farah mengatakan mereka juga kerap melakukan edukasi kepada para santriwati soal penyakit ini. "Sosialisasi memberikan edukasi soal penting menjaga badan mereka. Kami juga menanamkan kepada mereka kalau TBC ini bisa ditangani, bisa diobati sampai tuntas," kata Farah.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

KondisiKamar Santri Pesantren Gontor. Kamar Pondok Pesantren Gontor tidak tentu luasnya. Tergantung desain gedung. Ada yang seperti aula, ada juga yang kecil hanya ukuran sekitar 4 x 7. Tapi rata-rata kalau pengalaman kami sekitar 5 x 8. Ada yang lebih besar. Keadaannya adalah ruang kosong. Sama sekali tidak ada apa-apa. Hanya pintu dan jendelanya lebar.

Anda penasaran dengan suasana Kamar Pondok Pesantren Gontor?Jika iya, maka Anda sangat tepat mengunjungi artikel kami ini. Di artikel ini kami akan sedikit mengulas mengenai profil singkat dan suasana kamar yang akan santri rasakan selama menjadi santri di salah satu pondok yang berusia tua Singkat GontorKamar SantriSuasana KamarMakan dan Minum SantriProfil Singkat GontorSiapa yang tak kenal dengan Pesantren Gontor? Bisa dipastikan hampir semua orang di Indonesia, khususnya kaum terpelajar mengetahui pesantren yang satu ini. Pendidikannya yang modern, pembelajaran bahasa asing yang mengakar, dan pendidikan kedisiplinan yang tegas merupakan image dari pesantren yang sebentar lagi akan memasuki usianya yang ke 95 sejarah pendidikannya, tak terhitung sudah berapa banyak jasa yang diberikan Gontor bagi Nusantara. Belum lagi dengan banyaknya alumni yang menjadi tokoh-tokoh penting alumni gontor yang menjadi tokoh Negara adalah Alm KH Hasyim Muzadi mantan Ketua NU, Prof Dr Din Syamsuddin mantan Ketua MUI dan Muhammadiyah, Dr KH Hidayat Nur Wahid mantan Ketua MPR, dan masih banyak lagi tokoh nasional alumin Gontor yang tidak bisa kami sebutkan reputasinya yang sudah terkenal di seantero negeri, tak heran banyak orang tua yang tertarik untuk memasukkan anaknya ke Pesantren Gontor. Bahkan kini jumlah keseluruhan santrinya telah mencapai sekitar angka Yang mana para santri tersebut bermukim di pondok pusat dan berbagai pondok cabang yang tersebar di berbagai Anda akan menyangka sebagai pesantren yang telah diakui sebagai pesantren modern terbaik di Indonesia, pasti Gontor akan memanjakan setiap santrinya dengan berbagai fasilitas. Anda mungkin membayangkan sebuah pesantren yang asramanya mewah, ada WC didalam, terpasang Ac, ranjang tingkat, dan berbagai kemewahan lainnya. Apakah sangkaan Anda itu benar?Nah untuk menjawab pertanyan tersebut, kami akan sedikit mengulas mengenai fasilitas dan suasana kamar Pondok Pesantren Gontor. Berikut ulasannya!Kamar SantriDalam pembagian kamarnya, Pesantren Gontor menerapkan system pembagian kamar berdasarkan angkatannya. Dalam istilah Gontor pembagian tersebut dengan Rayon. Untuk santri baru nantinya akan memasuki Rayon Sigor Baru, kelas 2 dan kelas 3 menempati Rayon Sigor. Kemudian kelas 4 dan kelas 3 intensif akan menempati Rayon Kibar. Adapun kelas 5 dan 6 akan menempati kamar sesuai jabatannya dalam bidang kepengurusan rayon nantinya memiliki beberapa kamar, yang mana setiap kamar dihuni sekitar 20 santri. Mengenai ukuran kamarnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Kemudian fasilitas yang ada di dalam kamar pun bisa dibilang seadanya, bahkan sangat jauh berbeda dari kamar yang ada di pesantren modern pada kasurnya, santri hanya menggunakan jenis kasur seperti Kasur Palembang yang bisa dikatakan cukup tipis. Tidak ada ranjang bertingkat seperti pesantren modern kebanyakan. Karenanya saat dalam posisi tidur di malam hari, santri seperti berada di dalam tenda pengungsian korban bencana alam. Tidak ada kipas angin, kamar mandi dalam ruangan, AC, maupun fasilitas mewah lainnya. Paling tidak setiap santri hanya mendapatkan fasilitas lemari yang tidak terlalu kamar mandinya, bagian ini terletak di bagian belakang setiap rayonnya. Bentuk kamar mandinya berjejer seperti kamar mandi yang ada di masjid dan SPBU. Tidak ada fasilitas mewah seperti shower, bak tidur, air hangat, dll. Semuanya sangat sederhana. Bahkan terkadang beberapa kamar mandinya didesain dengan menggunakan satu bak untuk semua kamar di dekat kamar mandi, terdapat ruangan untuk mencuci dan tempat menjemur pakaian. Biasanya para santri akan mencuci bajunya secara berjamaah pada hari Jumat. Hal ini dikarenakan hari Jum’at merupakan hari kebebasan bagi para santri. Adapun bagi santri yang malas mencuci, maka bisa menggunakan jasa laundry yang dikoordinir oleh agendanya yang sangat padat merayap seperti kemacetan di Jakarta, maka kamar santri biasanya lebih sering kosong daripada di isi penghuninya. Para santri lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kamar. Baik itu di dalam kelas, masjid, lapangan, studio music, dan tempat pembelajaran lainnya untuk melakukan proses dikatakan sangat sedikit sekali waktu luang bagi para santri, karena itu biasanya para santri akan memanfaatkan betul waktu luang yang ada sebagai waktu untuk berpindah ke alam mimpi. Meskipun cuacanya sangat panas dan tidak ada kipas angin atau AC di dalamnya, para santri akan tertidur dengan lelap. Hal ini tentu karena lelahnya mereka dalam perjuangan mengkaji dan Minum SantriUntuk perihal hajat makanan bagi para santri, Gontor memiliki mekanisme yang sangat rapih dalam pembagiannya. Setiap waktu makan para santri akan berkumpul di ruang makan. Mereka diwajibkan untuk membawa perabot makan masing-masing. Kemudian mereka akan mengantri seperti antrian bansos untuk mendapatkan yang diberikan akan ditakar oleh petugas bagian dapur. Biasanya petugas dapur adalah para santri senior yang sudah diberi amanah itu sebelumnya. Apabila belum kenyang, maka santri tidak boleh menambah ulang. Jika santri masih lapar, maka santri bisa membeli makanan yang tersedia di kantin untuk masalah air minumnya, pengurus menyediakan satu buah galon yang disimpan di masing-masing kamar. Nantinya dari setiap kamar akan ditunjuk jadwal piket harian untuk mengisi ulang galon yang habis. Pengisiannya dilakukan di depot galon yang sudah disediakan tertarik memasukkan anak anda ke Pesantren Gontor?Baca Juga 9 Pesantren Terbaik di Tasikmalaya

. 175 223 392 23 470 205 332 103

kamar santri putri gontor